Jakarta, FathanNEWS -- Tragedi jamaah yang berdesak-desakan di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9) lalu menewaskan banyak korban. Sampai saat ini tercatat lebih dari 700 orang meninggal dan lebih dari 800 orang terluka. 

Kejadian ini tentunya membuat 'lalu lintas' dan perjalanan ibadah jamaah lain agak terganggu. Lalu lintas yang terganggu ini diakui juga oleh salah satu jamaah haji Indonesia, Lana Soelistianingsih. Hanya saja awalnya dia tak tahu adanya tragedi Mina yang terjadi, karena tak ada di lokasi kejadian. 

"Waktu saya mau masuk ke Mina, mobil tidak boleh masuk terowongan Mina. Jadi kami jalan kaki," kata Lana saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (25/9) dini hari.  "Saya cuma heran kok ada ambulans yang mondar-mandir." Diceritakan Lana, sesampainya di mahtab 111, dirinya baru mengetahui bahwa ada tragedi mina yang terjadi. "TKP-nya ada di depan mahtab 112."

Lokasi mahtab Lana berada tak jauh dari TKP. Untuk menuju mahtab, Lana dan kelompoknya tak bisa menggunakan bus untuk masuk. Di depan terowongan Mina, bus pun berhenti. Dia dan jamaah lainnya harus berjalan kaki sekitar satu kilometer untuk sampai ke mahtab. 

Korban-korban yang berjatuhan karena tragedi ini memang banyak, ditambah lagi jamaah lain yang ada di sekitarnya. Saat itu, kawasan ini memang menjadi seperti lautan manusia. Akibatnya, masih cerita Lana, Mina pun jadi macet. Bahkan kemacetan berimbas sampai ke Mekkah. 

"Beberapa jamaah sampai sore tadi belum tahalul karena tidak bisa masuk Mekkah," katanya. 

Selain akibat kemacetan panjang, jalur antara Mekkah-Mina pun dibatasi. Sebaliknya, jalur dari Mekkah pun sulit masuk ke Mina. Karena banyaknya jamaah yang tertahan di jalur ini, jumrotan aqobah pun relatif sepi. Meski kejadian sudah berlangsung beberapa jam lalu, namun evakuasi masih terus dilakukan. 

"Karena mahtab saya cukup dekat dengan tkp, sampai pukul 21.00 malam waktu setempat, ambulans masih mondar-mandir." Meski evakuasi masih terus berlangsung, namun Lana mengungkapkan bahwa situasi tanah suci masih kondusif untuk beribadah. "Kondusif, kecuali transportasi yang terkendala karena proses evakuasi," ucapnya. 

Jadwal tak baku

Menteri Kesehatan Arab Saudi Khaled al-Falih mengungkapkan tragedi Mina bisa terjadi karena jamaah haji yang tak disiplin saat beribadah. "Banyak jemaah yang bergerak tanpa mengindahkan jadwal," kata Khaled dikutip dari televisi El-Ekhbariya. 

Kata dia, jadwal tersebut sudah dibuat dan diatur sedemikian rupa oleh otoritas berwenang setempat.  Menanggapi hal ini Lana mengungkapkan bahwa dalam praktiknya pengaturan sulit dilakukan. 

"Praktiknya susah. Di masjid Nabawi waktu ziarah ke makam raudah bisa diatur karena terlokalisir." Ekonom dari Universitas Indonesia ini juga mengatakan bahwa sebenarnya jadwal ibadah tidak baku. "Sebetulnya jadwal jumrotan tidak baku. Sebagian percaya jumrotan yang afdol itu ada pada jam-jam tertentu," ucap dia. 

Urutan ibadahnya pun diakui dia tak ada jadwal yang baku. 

"Kemarin dari wukuf arofah lanjut musdalifah cari batu. Nah ada yang tawaf ifadoh dulu baru lempar jumrah ada yang jumrah dulu baru tawaf ifadoh," ujarnya.  "Yang korban ini memilih jumrah dulu baru ifadoh. Saya tidak tahu kalau sampai ada korban dari Indonesia, berarti mahtabnya dekat tkp sehingga dia lewat juga jalur Arab-Afrika ini. Kalau tempat mahtab sudah terbagi-bagi, dan kalau tak salah ini jalurnya kelompok Afrika."

Meskipun tragedi ini dianggap sebagai tragedi kedua terburuk setelah kejadian serupa di tahun 1990 yang menewaskan 1.426 jemaah, namun kenyataannya jamaah haji di tanah suci tak merasa terganggu atau takut. 

"Saya sendiri tidak merasa takut. Dan orang-orang juga tidak terganggu secara emosi. Bahkan mereka menganggap korban mati syahid. Apalagi kemarin kami baru wukuf di Arofah yang dipercaya dosa-dosa kita akan diampuni Allah SWT," katanya. 

"Banyak yang berharap meninggal waktu haji."

Dilansir dari AFP, insiden desak-desakan dan saling injak itu terjadi karena adalah 'tabrakan massa' jamaah di persimpangan Jalan 204 dengan Jalan 223. Jenderal Mansur Al Turki, Juru bicara kementerian dalam negeri Saudi, mengatakan desak-desakan massa itu terjadi karena ada ribuan orang bertemu sekaligus dalam satu titik yang sama.

"Jemaah dalam jumlah besar bergerak pada saat yang sama," kata Mansur.

"Suhu yang panas dan jamaah yang lelah membuat jumlah korban makin banyak."

Lana pun membenarkan bahwa situasi di Mina memang sangat panas. Dia mengatakan suhunya bahkan bisa mencapai 50 derajat Celcius.

0 comments:

Post a Comment

 
Top